Mengenal Suku Togutil dari Halmahera Utara

Indonesia merupakan negara besar yang memiliki keberagaman budaya dan suku yang tersebar di seluruh Nusantara.  Salah satu suku terasing yang masih misterius adalah Suku Togutil, yang berdiam di daerah Halmahera Utara, Maluku. Togutil sendiri memiliki makna sebagai “terbelakang”, sehingga sejatinya mereka tidak ingin dipanggil sebagai togutil. Suku ini masih mengandalkan gaya hidup nomaden atau berpindah pindah di area hutan yang luas halmahera, serta berburu hewan hutan untuk memenuhi kebutuhan makanan.

 

suku togutil
suku togutil

Dari segi pakaian pun mereka masih sangat sederhana, hanya memakai kulit kayu dan daun untuk menutupi setengah badan mereka. Rambut gimbal dan panjang menambah kesan seram dari penampilan suku togutil.  Tidak jarang diberitakan mereka berkonflik dengan masyarakat sekitar hingga berujung penyerangan yang mengancam jiwa. Walaupun begitu, pada dasarnya mereka memiliki sikap yang baik dan tidak jahat. Umumnya mereka tidak bisa berbahasa Indonesia, tetapi memakai bahasa tobelo halus.

Asal-usul mereka diyakini berasal dari perkawinan orang portugis dengan orang tobelo, konon pada abad ke 15 ada kelompok pelaut Portugis yang karam di sekitar keupalauan Halmahera. Mereka tidak dapat kembali ke negara asalnya dan memutuskan untuk tinggal, mereka berbaur dengan suku setempat dan kemudian menyamarkan identitas asal-usul mereka. Perawakan suku Togutil saat ini, masih dapat terlihat memiliki postur fisik mirip dengan orang Portugis, berkulit kecoklatan, mata bening, dan bertubuh tingi.

Baca Juga  Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, Pahlawan Nasional Berdarah Indo

Seiring berjalannya waktu, kini beberapa kelompok suku togutil telah mulai bisa menerima kehidupan modern dan menetap di desa-desa seperti masyarakat pada umumnya. Mereka diajarkan dengan gaya hidup modern dan dikenalkan dengan agama. Penampilan mereka telah banyak berubah, walaupun tidak bisa dipungkiri masih banyak anggota suku togutil yang masih memilih untuk hidup di hutan belantara. Mereka enggan untuk membaur dan nyaman menjalani hari-hari di alam liar.