Mainan lilin atau playdough bisa sangat menyenangkan untuk dimainkan oleh si kecil. Selain itu, ini adalah mainan yang bagus sebagai permainan kreatif yang banyak melatih aspek perkembangan anak. Mulai dari membantu sikecil untuk memperkuat otot-otot di tangan mereka melalui aktifitas meremas, menggulung, dan membentuk adonan yang berfungsi untuk membantu memperkuat koordinasi motorik antara tangan dan mata mereka.
Mainan lilin juga dapat mendorong anak untuk dapat mengeksplorasi imajinasi mereka dengan menciptakan berbagai bentuk, seperti makanan, hewan, atau benda lain yang mereka pikirkan. Selain itu, permainan ini juga dapat meningkatkan perkembangan emosional dan menjadi aktivitas yang sangat menenangkan bagi anak kecil.
Usia yang Direkomendasikan untuk Play Dough
Play dough adalah mainan yang sempurna untuk anak-anak dari segala usia karena tidak beracun dan dapat digunakan kembali. Namun yang perlu di ingat adalah, seperti mainan apa pun playdough memiliki beberapa risiko. Untuk memainkannya disarankan agar kita menunggu sampai anak berusia dua tahun sebelum memperkenalkannya. Sementara clay yang lebih keras biasanya direkomendasikan untuk anak-anak yang setidaknya telah berumur lima tahun atau lebih karena dapat menimbulkan bahaya tersedak.
Alasan kenapa anak Usia 2-3 Tahun boleh mulai bermain mainan lilin
1. Usia 2 tahun si kecil mulai tidak tertarik memasukan sesuatu ke mulut
Seiring dengan usianya, anak akan menjadi lebih pintar dan selalu tertarik untuk belajar keterampilan baru setiap harinya. Saat anak dibawah usia 2 tahun, biasanya mereka tertarik dengan sesuatu dan cenderung ingin memasukkan mainan ke dalam mulutnya.
Walaupun memasukkan adonan mainan ke dalam mulutnya, itu tidak berbahaya. Namun, mengingat bahan paling dasarnya adalah garam maka jika tertelan dalam jumlah besar mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan sikecil. Nah, setelah usia dua tahun keinginannya untuk mengeksplorasi sesuatu dengan mulutnya semakin berkurang.
2. Mulai memahami perintah Verbal
Ketika anak menginjak usia 2 tahun, dia mulai memahami lebih banyak perintah dan penjelasan verbal. Ia mengerti jika mendengar kata “Berhenti” atau “Tidak”. Dengan semua pemahaman verbal itu, maka sikecil akan menuruti permintaan kita untuk berhenti memasukkan adonan mainan ke dalam mulutnya.
Selain itu dengan memahami perintah verbal si kecil belajar untuk lebih tertib ketika bermain. Misalnya, kita dapat memintanya untuk “Jangan membuang adonan mainan” “Jangan menempelkan adonan mainan di wajah” “Jangan menempelkan adonan mainan di rambut saudaramu;” “Jangan menginjak adonan yang baru saja kamu jatuhkan di karpet.”
3. Perhatikan Reaksi alergi
Mainan lilin kebanyakan terbuat dari bahan tepung, garam dan pewarna. Sebelum memainkannya tentukan apakah anak kita akan mengalami alergi atau tidak jika memainkannya.
4. Kesesuaian Perkembangan
Selain masalah keamanan, mempertimbangkan keterampilan kognitif atau motorik si kecil juga penting. Ini agar dia benar-benar bisa menikmatinya dengan gembira selama bermain. Jangan sampai permainan ini justru membuat mereka lebih frustrasi daripada bersenang-senang. Pada usia dua tahun biasanya mereka sudah tertarik meremas-remas adonan, dan membentuknya dengan antusias.
5. Pengawasan Orang Tua sangat penting
Meski anjuran usia untuk play dough adalah dua tahun, bukan berarti mereka bisa dibiarkan untuk bermain sendiri. Seorang anak pada usia ini masih membutuhkan pengawasan terus-menerus saat bermain. Karena selalu ada potensi menyebabkan tersedak atau menyebabkan keracunan walaupun itu kecil kemungkinannya untuk terjadi. Setiap mainan dan aktivitas balita dibuat lebih aman di bawah pengawasan orang tua.
Mainan lilin membuat anak-anak untuk terus berkreasi, mereka meremasnya, membentuknya, menggulungnya, dan meratakannya. Anak-anak menggunakan imajinasi mereka dengan bebas sehingga sangat bagus bagi perkembangan kognitif dan motoriknya. Jadi, jangan ragu untuk mendampinginya selama bermain ya bunda.